Hakim Mahkamah Konstitusi( MK) Saldi Isra tertawa dikala pengacara dari PPP sebagai pihak terpaut dalam sengketa hasil Pileg 2024 di DPRD Bangkalan hendak membacakan taman yang tidak terdapat. Saldi berkelakar kalau pengacara tersebut berupaya menipu hakim MK.
Mulanya Kuasa Hukum PPP, Efriza, mengantarkan sanggahan dari permohonan masalah bernomor 269- 01- 08- 15/ PHPU. DPR- DPRD- XXII/ 2024. PPP melaporkan bila suara partainya di DPRD Kabupaten Bangkalan Dapil Bangkalan V sudah cocok dengan yang diresmikan oleh KPU.
” Kalau atas keputusan KPU hingga buat perolehan suara pihak terpaut di Kabupaten Bangkalan Dapil Bangkalan V sebesar 9. 998 suara merupakan benar terdapatnya serta sudah cocok dengan hasil rekapitulasi mulai tingkatan TPS hingga tingkatan nasional,” ucap Efriza dalam persidangan di Gedung MK, Jakarta Pusat, Senin( 6/ 5/ 2024).
Ia berkata PPP tidak mengambil suara dari Partai Kesejahteraan Sosial( PKS) selaku pihak pemohon. Ia menyebut PKS tidak memperoleh sofa DPRD lantaran cuma mempunyai 9. 630 suara.
Hakim Saldi memohon Efriza buat melanjutkan keterangannya. Efriza kemudian berkata dirinya hendak meneruskan membaca taman 11.
” Langsung saja Yang Mulia,” kata Efriza.
” Langsung ke mana nih?” tanya Saldi.
” Langsung ke taman 11,” jawab Kuasa Hukum PPP.
Saldi langsung menghentikan Efriza. Ia menyebut dokumen yang disertakan ke Mahkamah Konstitusi tidak hingga 11 taman.
” Taman 7,” kata Efriza menganulir.
” Nah, ha- ha- ha, jauh sekali kelainannya, orang ini saja( pesan jawaban pihak terpaut) tidak hingga 11 taman kok. Aku amati mana 11 tamannya ha- ha- ha,” ucap Saldi yang diiringi tawa partisipan persidangan.
” Ini hakim ingin ditipu pula sama lawyer ini. Repot ini, silakan taman 7,” imbuh Saldi.
Refleksi Tentang Kehadiran Kehumoran dalam Sistem Hukum
Insiden ini memberikan kesempatan bagi kita untuk merenungkan bahwa meskipun proses hukum sering kali dipandang sebagai sesuatu yang serius dan tegang, namun kehadiran kehumoran dapat menyegarkan suasana dan mengurangi ketegangan yang terkadang terasa di ruang pengadilan. Hakim yang tertawa tidak hanya menghadirkan sentuhan kemanusiaan dalam profesi yang kadang terkesan kaku, tetapi juga mengingatkan kita bahwa di balik serangkaian proses hukum, kita semua tetap manusia yang rentan terhadap kesalahan dan kekonyolan.
Kesimpulan Hakim
Insiden di Mahkamah Konstitusi di mana seorang hakim tertawa saat seorang pengacara mencoba membacakan halaman yang tak ada adalah pengingat bahwa kehumoran dapat hadir di tempat-tempat yang paling tidak terduga. Meskipun proses hukum sering kali dianggap serius, kehadiran kehumoran dapat membantu mengurangi ketegangan dan menyegarkan suasana di ruang sidang. Kejadian ini menunjukkan bahwa di tengah-tengah proses hukum yang formal, tetap ada ruang bagi ekspresi kemanusiaan.
Average Rating